Selat Hormuz Terancam Ditutup, AS Minta China Cegah

Suryamedia.id – Iran ancam menutup akses selat Hormuz pada Senin (23/6/2025) waktu setempat setelah Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklir sehari sebelumnya. Selat Hormuz diketahui sebagai rute perdagangan minyak dinia paling strategis di dunia.

Media Iran sebelumnya melaporkan bahwa anggota parlemen telah mendukung wacana penutupan rute tersebut. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan dewan keamanan nasional Iran.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meminta bantuan China untuk mencegah penutupan Selat Hormuz. China merupakan pelanggan minyak bagi Iran, serta telah memelihara hubungan persabahatan dengan negara tersebut.

“Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka mengenai hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,” kata Rubio saat diwawancara oleh Fox News, dikutip CNBC International, Senin (23/6/2025).

Iran merupakan produsen minyak terbesar ketiga di OPEC dengan menghasilkan 3,3 juta barel per hari, serta mengekspor 1,84 juta barel per hari bulan lalu. Sebagian besar minyak dari Iran tersebut dijual ke China melalui perairan selat Hormuz.

Baca Juga :   Muncul Wacana Selat Hormuz Ditutup, Pertamina Sudah Siapkan Rute Alternatif

Matt Smith, analis minyak utama di Kpler menyampaikan bahwa penutupan selat akan menghentikan aliran ekspor minyak mentahnya ke China, sehingga  menghentikan aliran pendapatan utama.

Pemblokiran Selat Hormuz juga dapat menimbulkan konsekuensi terhadap jumlah pasokan yang berdampak pada ekonomi global. Harga minyak dapat melonjak di atas 100 dolar Amerika per barel jika benar-benar ditutup, menurut Goldman Sachs dan firma konsultan Rapidan Energy

Menurut data Badan Informasi Energi tahun 2024, sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari atau 20% dari konsumsi global melewati rute ini. Bahkan, harga minyak sudah melonjak lebih dari 2% setelah serangan AS terhadap Iran.

“Menutup selat akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi Iran karena ekspor minyak Iran,” tambah Rubio. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *