Mahmoud Darwish, Penyair Palestina dan Puisi Cintanya untuk Gadis Israel

Suryamedia.id– Di tengah ramainya pembahasan warganet seputar konflik antara Palestina-Israel di media sosial, sosok Mahmoud Darwish jadi salah satu topik yang menarik. Diketahui, Mahmoud Darwish adalah seorang seniman asal Palestina yang populer pada masanya.

Ia adalah seorang sastrawan yang menciptakan syair-syair indah, baik itu tentang penindasan Israel terhadap Palestina, juga puisi-puisi cinta yang menyentuh. Beberapa diantaranya bahkan ditujukan untuk kekasihnya.

Mahmoud Darwish lahir di tahun 1942, di Desa Al Birwa, Palestina. Mirisnya, pada usia 6 tahun, dia menyaksikan Israel masuk untuk menghancurkan desanya. Akhirnya, keluarga besar Mahmoud Darwish memutuskan untuk mengungsi ke Lebanon.

Setahun setelah kepergiannya ke Lebanon, ia baru tahu bahwa Tanah Airnya itu telah menjadi milik Israel. Hingga, dia pergi ke Al-Asad dan menemukan ketertarikannya dalam syair.

Saat usianya menginjak 19 tahun, Darwish akhirnya menerbitkan buku pertama berjudul ‘Burung-Burung Pipit Tanpa Sayap’. Buku tersebut berisikan puisi-puisi tentang penderitaan penduduk Palestina yang merasa tertindas di wilayahnya sendiri karena kependudukan oleh Israel.

Baca Juga :   Puma Bakal Hentikan Sponsor Tim Sepak Bola Israel Mulai 2024

Buku itu menjadi populer, meski syairnya itu membuat Israel merasa terganggu. Tetapi, bagi masyarakat Palestina sendiri, syair-syair yang diciptakannya mematik semangat patriotisme, sehingga Mahmoud Darwish dianggap seperti sang inspirator.

Puisi cinta untuk gadis Israel

Disebutkan pula bahwa karya-karyanya tidak hanya tentang perjuangan rakyat Palestina, namun juga puisi yang menyentuh hati oleh sang kekasih.

Namun, ternyata terdapat cerita yang menarik di balik penciptaan puisi cintanya tersebut. Mahmoud Darwish membuat puisi untuk seorang gadis Israel bernama Rita. Ia juga menyembunyikan hubungan mereka dari publik selama belasan tahun lamanya, meski akhirnya harus berakhir karena konflik kedua negara.

Hal itu disebabkan karena Darwish adalah aktivis Palestina, sementara Rita diperintah untuk bergabung ke militer Israel (IDF)

Ia kemudian menuangkan perasaannya tersebut melalui salah satu puisinya yang bertajuk ‘Rita and the riffle’. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *