Suryamedia.id – Pernyataan Menteri Perdagangan Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan masyarakat.
Sebelumnya, politisi yang kerap dipanggil Zulhas itu dianggap melakukan penistaan agama karena mengaitkan dukungan politik dengan ibadah umat Muslim, yakni salat.
“Jadi kalau salat Maghrib baca, ‘waladholin… ‘, Al-Fatihah baca ‘waladholin…’ Ada yang diem sekarang, pak. Lho kok lain,” ucap Zulkifli Hasan dalam video yang beredar luas di media sosial.
“Itu kalau tahiyatul akhir awalnya gini (menunjukan jari telunjuk), sekarang jadi gini (menunjukkan dua jari, telunjuk dan tengah),” katanya kembali
Ketua Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay kemudian menjelaskan bahwa pernyataan Zulhas tersebut ditujukan untuk mengajak semua pihak menjaga Pilpres tetap kondusif. Sehingga, tidak ada maksud melecehkan agama.
Ia juga menilai ada pihak yang memotong video tersebut, sehingga terkesan pernyataan tersebut merupakan penistaan agama.
“Jika video tersebut diikuti secara keseluruhan, dapat dipahami bahwa Zulkifli Hasan ingin mengajak semua pihak untuk menjaga agar pilpres tetap teduh, tertib, aman, dan damai. Tidak ada sedikit pun maksud untuk melecehkan agama,” katanya, dilansir dari CNN Indonesia.
“Padahal, di banyak tempat bang Zulhas selalu mengingatkan agar umat beragama selalu rukun dalam segala situasi,” katanya.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa Zulkifli Hasan mencoba menggambarkan situasi politik di masyarakat dengan contoh sederhana agar mudah dipahami.
“Bang Zulhas itu kan memberi contoh agar mudah dipahami masyarakat. Nah, yang gampang diingat mungkin ya pada akhir bacaan surat Al-Fatihah. Termasuk gerakan jari pada saat tahiyyat. Dalam konteks ini, bang Zulhas mengingatkan bahwa tarikan politik begitu luar biasa. Dia khawatir, umat terpecah,” jelas Saleh.
Senada dengan Saleh, Sekretaris Jendral (Sekjen) PAN juga mengatakan bahwa ungkapan itu untuk menggambarkan situasi masyarakat yang ditemuinya.
“Apa yang disampaikan Pak Zul adalah cerita tentang kondisi di masyarakat yang beliau temui. Salah satu contohnya adalah ketika bacaan sholat diasosiasikan dengan pasangan tertentu,” kata Edi Soeparno dalam keterangan tertulis. (*)