Menilik Bangunan Peninggalan Sejarah

Pati, Suryamedia.id – Bangunan klasik di keliling modern. Berbalut warna mencolok, oranye, kuning dan putih, bangunan yang berada di SMPN 5 Pati ini tak tampak bangunan peninggalan Belanda.

Meskipun demikian, bila diamati dengan seksama, bangunan ini terlihat ciri khas era kolonial. Pintu dan jendela besar, khas arsitektur Hindia Belanda menghiasi bangunan dengan empat ruangan ini.

Bangunan itu sudah melalui berbagai renovasi. Biasanya, ada pengecatan ulang. Agar warna gedung seragam. Selain itu, diwarnai dengan ciri khas sekolah tersebut. Yakni, warna oranye.

Tak hanya itu, terlihat foto-foto sejumlah wanita asal Pati pada era itu. Dengan ciri khas pakaian dan potongan rambut era 1960-1980. Dono Riyanto, Sarpras pada SMPN 5 Pati itu menunjukkan koleksi album lawas tersebut.

Selain itu, bangunan tengah SMPN 5 Pati yang memiliki ciri khas Belanda dengan pintu dan jendelanya besar. Luasnya kisaran 3×5 meteran. Dibandingkan dengan buatan lokal kisaran 2×3 meteran.

Selain itu, ciri khas lain terdapat beberapa model sekolah yang dikembangkan Belanda. Di antaranya, sekolah kewanitaan, teknik, dan pertanian. Sebelum menjadi SMPN 5 di tempat itu ada sekolah khusus wanita. Berjuluk Sekolah Kepandaian Putri (SKP) pada 1966 lalu.

Baca Juga :   Jurus Impor Beras Bulog Diharapkan Segera Berefek

Kemudian berganti nama menjadi Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama (SKKP). Yang berakhir tahun 1980. Setelah itu, berganti menjadi SMP 5 Pati pada 1981. Pada era itu, belum bernama SMPN 5 Pati, melainkan SKKP.

Salah satu bidang pembelajaran di sekolah itu membentuk keterampilan wanita. Ditandai dengan sosok wanita dengan rambut bergelombang sedang menjahit pakaian terpampang dalam album nostalgia yang tersimpan di perpustakaan sekolahan.

Kemudian, berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1700/C/Kop/1.82 pada 29 September 1982, SKKP yang berganti menjadi SMP 5 disahkan.

“Waktu itu disahkan oleh Prof, Darji Darmodiharjo. Maka SKKP itu berubah dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 20338869 menjadi SMPN 5 Pati,” ungkapnya.

Beda dulu dan sekarang, kata dia, bangunan lama dulu ada dapur, ruang praktek, masak, dan menjahit. Karena udah ada pengalihan sekolah. Jadinya semua aset barang diambil kembali pemerintah.

“Saat ini menjadi lapangan. Soalnya, setelah menjadi SMPN 5 asetnya diambil pemerintah. Diizinkan untuk dibongkar. Kebanyakan dirubah menjadi ruang kelas. Karena setiap tahun ada penambahan siswa. Dulu hanya ada sembilan kelas. Kini ada 24. Pembongkaran itu selain gedung utama,” jelas Dono.

Baca Juga :   News Grafis : TINGGALKAN PUPUK SINTETIS

Dono menjelaskan, gedung tengah atau bangunan utama sekolahnya sudah dibuatkan SK Cagar Budaya. Nomor suranya 1271/101.SP/BP3/P-III/2010. “Kemudian pada 2016 dibuatkan sura keputusan bupati Pati. Nomornya 556/2732 tahun 2016. Itu tentang jenis cagar budaya di Kabupaten Pati,” paparnya.

Setelah ada SK tersebut, bangunan gedung di tengah SMP 5 Pati ini resmi menjadi cagar budaya. Pihaknya menjaga agar tak mengubah bentuk bangunan tersebut.

“Kami tak berani mengubah bentuknya. Palingan cuman dicat. Soalnya banyak yang mengelupas catnya. Selain itu, dibuat sesuai warna khas sekolah kami. Biar tampak menyesuaikan bangunan di sekitarnya,” terangnya.

Banyak hal yang berubah di tempat itu. Soalnya, perkembangan zaman tak bisa dipungkiri. Mulai dari pembangunan gedung hingga jalan. “Yang penting tidak mengubah bentuk. Model atau arsitekturnya masih sama,” tegasnya. (*)

artikel ini telah tayang di Mitrapost.com dengan judul “Menilik Bangunan Peninggalan Belanda di Pati”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *