Suryamedia.id – Terjadi ledakan akibat detonator saat proses pemusnahan amunisi tak layak pakai milik TNI AD di Garut, Jawa Barat. Kejadian tersebut menyebabkan 13 korban jiwa, termasuk anggota TNI AD dan rakyat sipil.
Ledakan tersebut terjadi di kawasan pantai Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tepatnya di sebidang lahan milik BKSDA Garut, pada 09.30 WIB, Senin (12/5/2025).
Detonator merupakan alat yang biasanya digunakan sebagai pemicu peledakan, serta bisa diaktifkan dengan beberapa cara. Untuk lebih lengkapnya, simak penjelasan tentang detonator, serta jenis-jenisnya!
Apa itu detonator?
Dilansir dari MNK, detonator merupakan alat yang digunakan untuk memicu ledakan. Umumnya, detonator diaktifkan secara mekanis atau elektrik. Meski demikian, ada pula yang bisa dipicu oleh reaksi kimiawi.
Detonator dibuat dengan bahan utama berupa senyawa yang disebut ASA, terbentuk dari timbal azida, timah styphnate, dan aluminium yang dipadatkan dengan Trinitrotoluene (TNT) atau tetril untuk detonator militer dan Pentaerythritol tetranitrate (PETN) di detonator komersial.
Ada tiga jenis detonator, di antaranya detonator non-elektrik, elektrik, dan detonator elektronik. Detonator non-elektrik dirancang untuk memulai ledakan tanpa menggunakan kabel listrik, mencakup perangkat yang menggunakan kabel detonasi, sistem tabung kejut atau detonator sekering pengaman, atau kombinasi dari semuanya.
Sedangkan, detonator elektrik menggunakan arus elektrik dari kabel untuk memulai ledakan. Konektor utama detonator akan menyalakan api secara elektrik, kemudian menyalakan elemen piroteknik yang menghasilkan efek panas, cahaya, suara, gas/asap.
Sistem detonator elektrik biasanya mencakup mesin peledak yang mengalirkan arus elektrik ke detonator, penguji sirkuit, seperti galvanometer blaster yang digunakan untuk memeriksa kontinuitas dan resistansi masing-masing detonator, serta seluruh sirkuit elektrik.
Sistem detonator elektronik dirancang menggunakan komponen elektronik untuk mengirimkan sinyal ledakan dengan perintah yang divalidasi dan komunikasi yang aman ke setiap detonator. Dengan metode ini, detonator tidak dapat dinyalakan dengan cara lain.
Setiap detonator memiliki microchip untuk mengontrol waktu urutan dan chip sirkuit terpadu serta kapasitor. Perangkat tersebut tersedia secara internal pada setiap detonator untuk mengontrol waktu inisiasi.
Detonator biasanya digunakan oleh personel militer, pertambangan, hingga komersial. (*)