Sejarah Pers di Indonesia, Cikal Bakal Peringatan Hari Pers Nasional

Suryamedia.id – Setiap tanggal 9 Februari, diperingati Hari Pers Nasional sekaligus lahirnya Persatuan Wartaman Indonesi (PWI) pada tahun 1946. Hari Pers Nasional ini diresmikan pada tanggal 23 Januari 1985 oleh Presiden Soeharto melalui Keppres Nomor 5 Tahun 1985.

Menurut Keppres tersebut, peringatan Hari Pers Nasional ditujukan untuk mengingat sejarah dan peranan penting insan pers di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan pengamalan Pancasila, mengembangkan kehidupan pers yang bebas dan bertanggung jawab, serta peringatan lahirnya PWI.

Dilansir dari laman Indonesiabaik.id, berikut ini sejarah Hari Pers Nasional!

Sejarah Hari Pers Nasional, lahirnya pers

Lahirnya pers di Indonesia berawal dari keinginan menerbitkan surat kabar di masa Hindia Belanda. Namun, hal tersebut selalu dihambat oleh pemerintah VOC.

Surat kabar pertama di Hindia Belanda terbit saat kepemimpinan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff. Surat kabar tersebut dikenal dengan nama ‘Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen’ atau ‘Berita dan Penalaran Politik Batavia’ pada 7 Agustus 1744.

Saat Inggris menguasai wilayah Hindia Timur pada 1811, terbit surat kabar berbahasa Inggris ‘Java Government Gazzete’ pada 1812. Kemudian, ‘Bataviasche Courant’ diganti menjadi ‘Javasche Courant’ yang terbit tiga kali seminggu pada 1829, memuat pengumuman-pengumuman resmi, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemerintah.

Baca Juga :   Selama Nataru, Pemprov DKI Jakarta Hentikan CFD

Kemudian, surat kabar juga terbit di Semarang dengan nama ‘De Locomotief’ pada tahun 1851. Surat kabar tersebut mengandung semangat kritis terhadap pemerintahan kolonial dan memiliki pengaruh yang cukup besar.

Untuk menandingi surat kabar-surat kabar berbahasa Belanda, muncul surat kabar berbahasa Melayu dan Jawa pada abad ke-19. Beberapa diantaranya ‘Bintang Timoer’ di Surabaya pada 1850, Bromartani di Surakarta pada 1855, ‘Bianglala’ di Batavia pada 1867 dan ‘Berita Betawie’ di Batavia pada 1874.

Kemudian, pada tahun 1907 terbit surat kabar ‘Medan Prijaji’ di Bandung yang dianggap sebagai pelopor pers nasional karena diterbitkan oleh pengusaha pribumi untuk pertama kali, yaitu Tirto Adhi Soerjo.

Namun, ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, kebijakan pers diubah, sehingga semua penerbit yang berasal dari Belanda dan China dilarang beroperasi. Sebagai gantinya, penguasa militer Jepang menerbitkan sejumlah surat kabar sendiri.

Beberapa diantaranya, ‘Jawa Shinbun’ yang terbit di Jawa, ‘Boernoe Shinbun’ di Kalimantan, ‘Celebes Shinbun’ di Sulawesi, ‘Sumatra Shinbun’ di Sumatra dan ‘Ceram Shinbun’ di Seram.

Baca Juga :   Ganjar Harapkan Media Mainstream Terus Berbenah

Kemudian, muncul kekuatan-kekuatan politik dari golongan nasionalis, agama, komunis dan tentara. Hal ini mendorong kelahiran organisasi-organisasi yang menjadi tonggak pers di Indonesia, seperti LKBN Antara pada 13 Desember 1937, RRI pada 11 september 1945, dan organisasi PWI pada 9 Februari 1946

Kelahiran PWI kemudian menjadi cikal bakal Hari Pers Nasional yang masih diperingati hingga sekarang. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menarik Dibaca