Suryamedia.id – Saat membeli smartphone baru, perangkat tersebut sudah menyediakan beberapa aplikasi bawaan. Aplikasi ini dikenal dengan istilah bloatware yang pada umumnya tidak bisa dihapus, namun beberapa bisa dinonaktifkan.
Aplikasi-aplikasi ini sering kali mengurangi kapasitas memori internal. Maka dari itu, biasanya akan timbul dilema karena pengguna jarang sekali menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut, namun di sisi lain, aplikasi tidak bisa dihapus secara resmi.
Lantas, apa alasan vendor ponsel pintar menghadikan banyak bloatware di perangkat? Simak penjelasan berikut!
Mengapa ada bloatware di smartphone?
Menurut penjelasan dari laman CariSinyal, bloatware umumnya dimiliki ponsel yang murah. Alasannya, beberapa vendor smartphone ingin menekan harga jual lebih rendah, dan menggunakan bloatware yang berisikan iklan sebagai sumber pendapatan lain bagi perusahaan.
Bloatware pada dasarnya memiliki peran penting dalam pengoperasikan ponsel, maka dari itu tidak bisa dihapus secara resmi. Bloatware bisa dihapus dengan dengan aplikasi pihak ketiga, namun berpotensi memengaruhi keseluruhan sistem.
Menghapus beberapa bloatware secara sembarangan bisa menyebabkan sistem tidak stabil, hang, looping, atau menyebabkan device tidak bisa digunakan.
Ada beberapa aplikasi bawaan yang tidak boleh dihapus paksa, seperti Google PlayStore. Aplikasi ini digunakan pengguna untuk mengunduh aplikasi, game, dan lain-lain. Tanpa aplikasi ini, pengguna tidak bisa mengunduh aplikasi lainnya di ponsel secara resmi.
Selain itu, Google Play Service juga tidak boleh dihapus karena berfungsi untuk melakukan sinkronisasi terhadap akun-akun Google, seperti Gmail, Google Maps, dan lain-lain. Selain kedua bloatware tersebut, beberapa aplikasi yang sebaiknya tidak dihapus diantaranya, Contact, Messages, Phone, hingga aplikasi browser bawaan. (*)
