Suryamedia.id – Platform Tiktok tengah diramaikan dengan kisah wanita asal Filipina yang memutuskan untuk masuk agama Islam dan berhijab.
Wanita yang diketahui bernama Taaliah Hajra Camilo tersebut berbagi cerita dengan para netizen mengenai kisahnya saat mualaf pada 16 November 2021 lalu.
Dilansir dari Detik, Ia menceritakan lebih lanjut perjalanan panjangnya sebelum memeluk agama Islam saat dihubungi Mstar.
“Waktu masih kecil, ibu dan bapak yang mengantar saya ke Seventh Day Adventist (SDA). Saya masih muda waktu itu tapi saya sadar dengan kepercayaan bahwa kita itu hanya ada satu Tuhan. Jadi semakin dewasa, saya tetap teguh dengan kepercayaan itu walaupun tinggal di mayoritas agama non-muslim,” kata Taaliah.
Ia juga membagikan momen saat ia menyadari bahwa dirinya ternyata merindukan cinta dari Allah saat melihat bintang dan bulan.
“Pernah satu malam itu, saya termenung ketika melihat bintang dan bulan, saya sadar bahwa saya selalu terikat dengan dunia ini dan hidup berdasarkan apa yang saya percaya. Saya tanya pada diri sendiri, bagaimana caranya mewujudkan rasa cinta tapi hati tidak merasa gembira? Tak lama habis itu saya mendapatkan jawaban bahwa saya rindu rasa cinta dari Allah,” ucapnya.
Taaliah kemudian mencoba menerapkan cara hidup umat muslim, seperti misalnya berpuasa. Dan ia menjalankan hal itu pada Ramadan 2021. Hal itu yang kemudian memantapkan hatinya untuk mengucapkan kalimat syahadat.
“Dengan izin Allah, pada 16 November 2021 saya mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan ustaz Aleem Muhammad Said M. Tuncaling di Mindanao State Universitas, Marawi City di Filipina,” ucap Taaliah.
Tak hanya menjadi pemeluk Islam, ia juga menyempurnakan identitasnya sebagai muslimah dengan mengenakan hijab.
Hal itu ia lakukan karena merasa nyaman dan dihormati saat memakai hijab.
“Saya lebih merasa nyaman dan dihormati ketika memakai hijab. Ketika pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat saya menangis karena ada satu perasaan bercampur baur tak bisa diungkapkan,” terangnya.
Taaliah tidak dipaksa oleh siapapun untuk memeluk Islam. Keluarga Taaliah sendiri mendukung keputusannya, dan ia bersyukur atas itu.
Bahkan saat mengucapkan syahadat, ia ditemani oleh anggota keluarganya. Mereka juga memberikan Taaliah hijab agar bisa dipakai saat itu dan dia menurutinya.
“Awal mula mengenal Islam tidak dipengaruhi siapapun. Perjalanan ini hanya saya yang tahu. Sebelum mualaf, ibu dan bapak sadar saya mempunyai kepercayaan yang berbeda tapi mereka sangat menghormati dan tidak pernah marah atau tidak setuju dengan keputusan saya,” jelasnya.
Setelah menjadi muslimah, Taaliah pun beradaptasi di dalam rumah mengenai apa yang bisa ia makan dan tidak dan lain sebagainya. Keluarganya pun juga memahami hal tersebut. Ia juga mulai belajar menjalankan puasa.
Ternyata keyakinan Taaliah juga mengetuk hati adiknya untuk melakukan hal yang sama.
“Teman sesama Muslim memberi tahu bulan puasa adalah suci. Saya coba belajar berpuasa sebagai orang Islam tahun ini. Tapi saya tidak merayakan Hari Raya seperti umat Islam lain, saya hanya salat Ied dengan teman. Siapa sangka, tidak lama habis itu adik saya hatinya juga terketuk untuk memeluk agama Islam. Ia tertarik apa yang saya jalankan,” tuturnya.
Meskipun hidup sebagai minoritas membuatnya merasa kesulitan, namun hal tersebut tak menjadi penghalang baginya.
“Bagaimana kita memakai busana yang terlihat sederhana dan menutup aurat sebagai lambang agama Islam. Di Filipina, kebanyakan orang belum mengetahui tentang Islam. Mereka menganggap jika kamu mualaf, kamu adalah golongan ‘muslim palsu’, dimana kepercayaan ini cuma wujud dan tergolong dalam suku kaum tertentu saja,” ujarnya.
Ia juga mengatakan kata menyentuh, dengan menyebut jika ia bukanlah muslimah yang sempurna. Namun ia tak pernah berputus asa untuk terus belajar agama Islam.
“Saya bukanlah seorang muslimah yang sempurna tetapi saya tidak pernah putus asa untuk terus belajar agama Islam. Saya tinggal di kawasan yang tak semua orang paham dengan Islam dan memandang Islam sebagai teroris,” katanya.
Merasa ingin membuka mata orang lain, ia kemudian memutuskan membuat konten yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang tenang dan aman.
“Saya menggunakan platform media sosial ini untuk membuka mata warganet bahwa Islam adalah agama yang tenang dan aman. Kehidupan di dunia ini akan menjadi lebih baik apabila kita menghargai dan saling menghormati sesama. Serta menjalani amalan tanpa memandang agama, bangsa, kepercayaan, kedudukan sosial dan sebagainya,” ucapnya. (*)