Suryamedia.id – Ridho Rhoma anak dari pedangdut Rhoma Irama mengakui bahwa dirinya mengkonsumsi narkoba adalah untuk membakar lemak tubuh atau menurunkan berat badannya.
Hal tersebut ia sampaikan dalam podcast Deddy Corbuzier yang diunggah dalam Youtube.
“I was using it for two reasons. Fat burn, that’s one,” kata Ridho Rhoma yang berarti “Aku menggunakan narkoba untuk dua alasan. Pertama, untuk bakar lemak”.
Ridho juga mengaku jika narkoba bisa membuatnya lebih berstamina ketika menjalani aktivitas yang melelahkan atau menguras banyak energi. Apalagi ia bekerja dari pagi hingga pagi.
“And I was doing projek yang melelahkan, start dari pagi selesai sampai pagi. And then continue kayak gitu setiap pagi. So I don’t have that energy (jadi gue gak punya tenaga tersebut),” sambungnya.
Ridho Rhoma sebelumnya memang ditangkap polisi karena penyalahgunaan narkoba pada tanggal 4 Februari 2021. Atas penangkapan tersebut, Polisi mendapat barang bukti berupa 3 butir ekstasi yang ada dikantong celana Ridho.
Namun pernyataan Ridho dalam podcast tersebut kemudian menjadi pertanyaan. Benarkah ekstasi dapat menurunkan berat badan?.
Narkoba jenis ekstasi atau methylenedioxymethamphetamine (MDMA) pada mulanya ekstasi memang dikembangkan sebagai obat penurun berat badan. Ekstasi dapat menekan nafsu makan pengonsumsinya.
Karena kurangnya nafsu makan terebut, maka akan menyebabkan pengguna mengabaikan makan dan hampir langsung dapat menurunkan berat badan mereka.
Namun, kini ekstasi telah disalahgunakan menjadi obat dalam pesta. Sebenarnya, efek samping dari obat ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kecanduan.
Narkoba jenis ini merupakan stimulan kuat yang dapat menganggu kinerja tiga neurotransmitter utama, yaitu dopamin, serotonin, dan norepinefrin. Di mana akan menyebabkan metabolisme, euforia, energi serta detak jantung meningkat.
Jika dikonsumsi, pengguna akan merasakan rangsangan tingkat tinggi pada awalnya. Apabila pengguna menggunakan ekstasi dengan tujuan menurunkan berat badan, maka mereka akan kehilangan semua rasa lapar dan keinginan makan.
Selain itu, mereka akan terus terjaga hingga waktu yang lama. Penggunanya menjadi sangat sensitif terhadap rangsangan seperti musik atau cahaya.
Efek tersebut akan menyebabkan dampak negatif pada kemampuan pengguna dalam memahami sistem alarm tubuh mereka sendiri.
Pengguna bisa saja tidak menyadari bahwa mereka merasa sangat lemah atau kepanasan, yang mengakibatkan ia bisa saja pingsan.
Sedangkan apabila terus dikonsumsi, gejala kecanduan yang terjadi bisa berupa nyeri tumpul, kesenangan berlebihan dari sentuhan, mual, berkeringat, menggigil, rahang terkatup, pupil melebar, hingga penglihatan kabur. (*)