Suryamedia.id – ‘Anak emas’ merupakan julukan bagi anak yang dianggap istimewa oleh keluarga. Mereka sering kali dipilih sebagai representasi atas pencapaian orang tuanya. Mereka melihat anak tersebut sebagai perwujudan dari semua kehebatan yang mereka percayai.
‘Anak emas’ sering kali dituntut untuk mencapai prestasi yang dibanggakan. Meski terkesan memotivasi, orang tua narsistik yang memberikan tuntutan tersebut dapat memberikan dampak serius bagi anak.
Meskipun sudah banyak penelitian tentang narsisme, hanya ada sedikit penelitian yang membahas tentang Sindrom Anak Emas (Golden child syndrome). Istilah ini pertama kali disebutkan dalam penelitian Goldklank tahun 1986 yang mengeksplorasi pengaruh keluarga terhadap pilihan karier. Anak-anak ditempatkan pada posisi ini dapat menciptakan tekanan batin dan memperburuk pola asuh orang tua.
Anak emas juga bisa diketahui melalu tanda-tanda berikut ini. Berikut kami rangkum beberapa ciri anak emas di keluarga.
Tidak mengetahui ambisi sendiri
Anak-anak emas menyadari bahwa mereka bergantung pada kemampuan untuk memenuhi harapan yang diberikan orang tua. Anak emas mungkin tidak pernah berpikir untuk mengeksplorasi ambisinya sendiri karena mereka dilatih untuk fokus pada apa yang diharapkan orang tua darinya.
People pleaser
Istilah people pleaser ditujukan pada orang yang bertindak untuk kesenangan orang lain. Anak yang dilabeli sebagai anak emas mengetahui bahwa mereka diinginkan untuk memenuhi ekspektasi orang tua. Dengan demikian, mereka tumbuh sesuai yang diinginkan orang tua dan fokus untuk membuat orang lain bahagia.
Bersikap seperti orang dewasa
Anak emas sering kali bertindak dan berpikir seperti orang dewasa, karena mereka diharuskan untuk tampil cerdas, berwawasan, dan sesempurna mungkin. Mereka seolah diberi status lebih tinggi dibandingkan saudara kandungnya. Hal ini tidak sehat bagi tumbuh kembang anak.
Takut dengan kegagalan
Mereka terbiasa untuk memenuhi harapan orang lain. Sehingga, saat gagal mencapai sesuatu yang diinginkan orang tua, mereka takut mendapatkan hukuman. Hal ini menanamkan dalam diri mereka rasa takut yang besar untuk mengecewakan diri sendiri atau orang lain.
Sering merasa bersalah
Segala sesuatu yang berjalan dengan baik dikaitkan dengan kebaikan anak emas, sedangkan segala sesuatu yang tidak berjalan dengan baik disalahkan pada kambing hitamnya, yang sering kali saudaranya sendiri. Anak emas menyadari adanya ketidakadilan ini, sehingga timbul perasaan bersalah atas perlakuan tersebut. (*)