Suryamedia.id – Baru-baru ini, viral di media sosial ‘marriage is scary’. Tren ini disebut sebagai ungkapan tentang hal-hal yang dianggap menakutkan dalam suatu ikatan pernikahan, misalnya pasangan selingkuh, hubungan tidak baik antara mertua dan menantu, bahkan KDRT.
Tren ‘marriage is scary’ sendiri ini berasal dari bahasa Inggris, yang berarti ‘pernikahan itu menakutkan’. Tidak diketahui dari mana tren ini muncul pertama kali di media sosial, namun sudah banyak unggahan di TikTok hingga X tentang tren ini.
Munculnya tren ‘marriage is scary’ di media sosial ini lantas mengingatkan kita dengan istilah gamophobia atau ketakutan dalam komitmen pernikahan. Meski demikian, kedua hal ini berbeda meski sama-sama menyoroti rasa takut dalam pernikahan.
Benarkah demikian? Simak selengkapnya berikut ini!
Tren ‘marriage is scary’ berbeda dengan gamophobia
Dilansir dari Claveland Clinic, gamophobia merupakan kondisi yang merujuk pada seseorang yang memiliki ketakutan ekstrem untuk berkomitmen. Perasaan ini berkembang begitu kuat sehingga mereka merasa mustahil untuk memiliki hubungan jangka panjang, seperti ikatan pernikahan.
Tren ‘marriage is scary’ mungkin cara orang-orang untuk mengungkapkan ketakutan tentang hal yang terjadi di dalam pernikahan. Rasa takut tersebut mungkin wajar terjadi, apalagi dirasakan oleh orang yang sama sekali belum memiliki pengalaman atau bayangan tentang pernikahan. Meski demikian, rasa takut dalam hal ini tidak berkembang sebagai suatu ketakutan ekstrem atau phobia.
Rasa takut untuk berkomitmen ini berbeda dengan gamophobia, yang secara khusus berkaitan dengan hubungan pribadi. Orang dengan gamophobia mungkin tidak dapat menjalin hubungan yang langgeng, mengalami kecemasan ekstrem saat menjalin hubungan dan terus-menerus khawatir tentang berakhirnya hubungan, cemas saat melihat pasangan yang bahagia, hingga mengakhiri hubungan secara tiba-tiba. (*)