Heboh Ratusan Siswa SMP di Buleleng Belum Lancar Baca-Tulis

Suryamedia.id – Ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng, Bali yang belum lancar baca dan tulis hebohkan masyarakat. Pasalnya, pembelajaran terkait membaca dan menulis seharusnya sudah tuntas di bangku Sekolah Dasar (SD).

Sementara itu, Sekretaris Disdikpora Kabupaten Buleleng, Bali, Ida Bagus Gde Surya Bharata mengungkapkan alasan para siswa tersebut bisa lolos ke SMP, meski belum bisa baca-tulis. Menurutnya, sistem pembelajaran saat Pandemi Covid-19 turut menjadi penyebab fenomena ini.

“Mereka itu ada yang terdampak Covid-19 kemarin. Jadi pada SMP kelas 7, 8 dan 9 kan tiga tahun, kalau ditarik ke belakang mereka kan kena (dampak) Covid-19 di saat itu. Itulah dampak sebagian kecil,” terangnya, Rabu (16/4/2025), dikutip CNN Indonesia.

“Jadi tidak ada tes itu, kalau memang sudah dikatakan lulus oleh SD-nya mereka SMP menerima. Setelah itu baru ketahuan setelah mereka mengikuti pelajaran, apalagi SMP itu sifatnya kan pengembangan,” lanjutnya.

Ia juga menyebutkan bahwa ada sebagian siswa SMP yang mengalami disleksia bawaan sejak lahir hingga disabilitas. Sementara, sekolah-sekolah disebut memiliki keterbatasan dalam menyeleksi para siswa.

Baca Juga :   Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Saat Mencoblos di Pilkada 2024?

“Penyebabnya, kurangnya motivasi belajar itu 45 persen, pembelajaran tidak tuntas itu 5 persen, disleksia 19 persen, disabilitas 10 persen, dan kurang dukungan keluarga atau orang tua 21 persen,” kata Ida Bagus Gde Surya Bharata.

“Siswa yang masuk ke sekolah tahun sebelum ini, itu sekolah tidak bisa memilih ataupun menyeleksi siswa yang bersekolah. Karena apapun kondisi siswa itu harus diterima saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) kemarin, sekolah tidak boleh menolak siswa,” tambahnya.

Setelah diketahui bahwa ada siswa di kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan Tidak Lancar Membaca (TLM), pihak SMP di Kabupaten Buleleng akan melakukan inovasi dengan membuat kelas khusus dengan membuat program literasi, serta melakukan pendampingan kepada siswa.

“Jadi itu sudah dilakukan, kalau sebelumnya ada mungkin lebih dari 400 (siswa belum bisa membaca). Dari sekolah ini sudah melakukan upaya-upaya itu,” ujarnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *