Lahan Puso Sebabkan Produksi Gabah di Pati Berkurang

Pati, Suryamedia.id – Bencana banjir yang juga merendam lahan pertanian di Kabupaten Pati sebabkan hasil panen padi menjadi berkurang.

Pasalnya banjir yang melanda hingga berbulan-bulan tersebut, menyebabkan lahan pertanian menjadi gagal panen atau puso.

Berdasarkan data yang diuraikan oleh Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Nikentri Meiningrum setidaknya setiap kali masa panen mencapai luas lahan lebih dari 100 ribu hektare.

Sementara itu, terdapat 7.242 hektar lahan pertanian yang terendam banjir. Dari ribuan tersebut setidaknya terdapat lebih dari 42 ribu ton yang berkurang.

“Secara keseluruhan luas tanam kita per tahunnya 100 ribu hektare lebih. Semisal 7 ribu hektare yang terkena, mungkin bisa sekitar 42 ribu ton lebih itu pengurangannya mas, karena rata-rata setiap hektarnya 6 ton per hektare,” ungkapnya.

Meskipun produksi gabah berkurang, pihaknya menyebutkan bahwa kebutuhan di Kabupaten Pati masih mencukupi bahkan surplus.

Hal demikian dikarenakan luasan lahan pertanian di Pati yang mencapai hingga ratusan ribu hektare.

“Untuk secara kebutuhan yang mas, kebutuhan di sini kita masih surplus setiap tahunnya. Meski produksi kita berkurang ini, karena iya itu pertanian kita itukan luas sekali ya,” imbuhnya.

Baca Juga :   Dewan Pati Tanggapi Permasalahan Lahan Puso, Dorong Pemkab Segera Tangani 

Menanggapi kondisi tersebut, saat dihubungi diwaktu yang berbeda anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Narso berkomentar mengenai penanganan banjir yang terjadi.

Menurutnya sudah semestinya jaringan pengairan bagi lahan pertanian untuk dilakukan revitalisasi.

Kemudian Narso juga mengatakan bahwa perlu dilakukan penerapan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang dirasa akan sangat membantu para petani yang menjadi korban banjir.

“Kita harus perhatikan jaringan pengairan yang berada di beberapa tempat di Pati ini. Mungkin sudah saatnya untuk direvitalisasi. Kemudian yang kedua dari sisi pasca terjadi bencana, ini yang perlu diperhatikan oleh pihak terkait. Kalau dulu mungkin ada asuransi pertanian, jika memang ini dilakukan sangat membantu,” sambung Narso. (Adv)

 

Penulis: Anang SY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menarik Dibaca