Mengenal Hubungan Parasosial yang Terjadi Pada Kpop

Suryamedia.id – Publik sempat heboh dengan perilaku fans yang membela idolanya dengan mengatakan ia anak pejabat dan akan melaporkan perilaku penghinaan terhadap idolnya.

Hal semacam ini tentu bukan sekali dua kali. Para fandom Kpop juga diketahui sering terlibat perselisihan karena tidak suka idolanya dihina.

Hubungan parasosial sendiri adalah fenomena psikologi di mana hubungan satu arah tercipta ketika seseorang mencurahkan energi emosional, minat, waktu, dan tenaganya kepada sosok yang ia lihat di media, meskipun sosok tersebut mungkin tidak tahu keberadaan dirinya.

Setiap fan dari seorang public figure yang berada di hubungan parasosial ini tidak bisa seutuhnya dianggap negatif tapi bisa menjadi berbahaya kalau melewati batasan yang wajar.

Istilah ini sebetulnya pertama kali dicetuskan oleh antropolog Donald Horton dan sosiolog Richard Wohl pada tahun 1956 saat mereka meneliti interaksi penikmat media massa yang menganggap diri mereka punya hubungan sosial dengan sosok yang mereka lihat di media.

Apabila dulu orang hanya bisa melihat idola mereka melalui TV dan media tradisional lainnya, kini dengan kemajuan media sosial terutama yang video-based, kita seolah punya akses lebih dengan public figure yang tak segan secara detail menceritakan aktivitas harian mereka hingga hal-hal lain yang sebetulnya lebih personal dengan cara seolah mereka berbicara langsung ke penonton.

Baca Juga :   Cara membersihkan sepatu dengan mudah dan efektif

Hal ini yang kemudian makin membuat banyak orang merasa relate dan membangun hubungan parasosial tersebut.

Pada awalnya, public figure cenderung menjaga jarak dan sengaja punya kesan misterius agar membuat penggemarnya penasaran. Tapi ketika industri hiburan makin berkembang, dinamika hubungan antara fans dan idola pun ikut berubah.

Perusahaan entertainment sadar kalau menciptakan ilusi kedekatan emosional antara fans dan idola membuat penggemar jadi lebih loyal dan tak ragu mengeluarkan uang untuk mendukung idolanya tersebut.

Maka dibuatlah berbagai strategi untuk membangun hubungan parasosial tersebut dan mengeruk nilai ekonominya. Salah satu caranya adalah mendirikan fans club resmi dengan privilege spesial untuk para anggota yang rela mengeluarkan uang untuk biaya anggota, menggelar fan meeting atau fan signing, dan gimmick personal lain bersama fans.

Para idola, baik diarahkan perusahaannya atau atas keinginan sendiri, juga berusaha menjaga hubungan tersebut dengan menggunakan sapaan atau bahasa yang mengesankan kalau mereka bicara secara personal dengan fans. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *